Menghapus Stigma, Merangkul ODGJ: Kunjungan Psikoedukasi di Yayasan Baitul Latifa
Pada tanggal 11 Januari 2025, sebuah inisiatif penting dalam bidang kesehatan mental diwujudkan oleh Kelompok 3 Mahasiswa Program Studi S1 Psikologi IIK Bhakti Wiyata Kediri. Terdiri dari Adelia Yohana Putri, Deti Puji Jayanti, Meylinda Cahyaningrum, dan Putrie Najjah Intan Dauhan, kelompok ini terjun langsung ke Yayasan Baitul Latifa di Kabupaten Kediri untuk melaksanakan intervensi psikologis yang berfokus pada psikoedukasi. Kegiatan ini, yang merupakan bagian integral dari mata kuliah Kesehatan Mental yang dibimbing oleh Ibu Puput Mariyati, S.Psi., M.Psi., Psikolog, mengangkat tema sentral "Psikoedukasi dan Keterlibatan Masyarakat: Mengatasi Stigma terhadap Gangguan Jiwa".
Latar belakang kegiatan ini berakar pada realitas yang memprihatinkan: stigma negatif yang masih kuat melekat pada Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di masyarakat sekitar Yayasan Baitul Latifa. Yayasan ini, yang didirikan pada tahun 2022 oleh Bapak Rekan dan Ibu Sulastri (awalnya sebagai Sanggar Kesehatan Jiwa Baitul Latifa sejak 2018), telah menjadi rumah bagi puluhan ODGJ yang seringkali terpinggirkan dan kurang mendapatkan dukungan sosial. Kelompok 3 menyadari bahwa kurangnya pemahaman dan empati di masyarakat menjadi penghalang utama bagi inklusi dan pemulihan ODGJ.
Oleh karena itu, kegiatan
psikoedukasi ini dirancang untuk mencapai beberapa tujuan utama: mengurangi
stigma negatif dengan memberikan pemahaman yang akurat dan komprehensif tentang
gangguan jiwa; meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
mental, faktor risiko, tanda-tanda awal gangguan mental, dan cara mengatasinya;
serta mendorong dukungan sosial yang lebih besar bagi ODGJ, menciptakan
lingkungan yang lebih inklusif dan suportif.
Proses pelaksanaan kegiatan melibatkan serangkaian tahapan yang cermat. Dimulai dengan asesmen awal melalui wawancara mendalam dengan pengurus dan pemilik yayasan, mahasiswa berusaha memahami kondisi dan kebutuhan yayasan, serta menggali persepsi dan keyakinan masyarakat setempat mengenai gangguan jiwa. Informasi ini menjadi dasar untuk merancang materi psikoedukasi yang relevan, kontekstual, dan mudah dipahami. Selanjutnya, kegiatan psikoedukasi dilaksanakan secara interaktif dan partisipatif, melibatkan berbagai metode seperti diskusi, presentasi, studi kasus, dan simulasi. Evaluasi dilakukan melalui pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan.
Dengan upaya kolektif ini, mahasiswa kelompok 3 dan Ibu Puput Mariyati, S.Psi., M.Psi., Psikolog berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi perubahan sosial yang berkelanjutan, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, empatik, dan suportif bagi ODGJ di Kabupaten Kediri, serta menginspirasi tindakan serupa di tempat lain.